Diberdayakan oleh Blogger.

Label

TUGAS TIK (7)

Mengenai Saya

Pemilik blog ini, bersekolah di SMAN model terpadu madani palu. Yang insya allah akan segera melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tidak lama lagi. Pemilik blog ini orangnya tidak terlalu suka keramaian tapi ada kalanya dia merindukan keramaian. tidak terlalu suka basa-basi dan hal-hal lainnya, yang dia anggap kurang perlu. you ok, i am ok

search artikel

Label

TUGAS TIK (7)

Arsip Blog

widgets
Jumat, 06 Mei 2011

24 Juta Pria China Terancam Hidup Bujang Selamanya

                                 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuSq1WRTGkrjw4w20YxV8WRKYFf23dwpihQCYlTGNgJd_uK1sgkPKSGqtSW8cw0UuJ13QEsv95YqcPwO75xYQQgnGqIGQhUBFufqBdjsgjNocdhR0IhyaD0uHCM978BsMBA4nskYXcJAZd/s692/1190864153%5B1%5D.jpg
BEIJING, (PRLM).- Lebih dari 24 juta pria China dalam usia yang cukup untuk menikah akan mendapati diri mereka hidup tanpa pasangan pada 2020. Demikian sebagaimana dilaporkan sebuah hasil studi yang dilakukan Akademi Ilmu Sosial China, Senin (11/1). Penelitian yang diberi tema ketidakseimbangan jender (jenis kelamin) di tengah-tengah kelahiran itu merupakan masalah demografi yang paling serius yang dihadapi negara berpopulasi 1,3 miliar itu.
Studi tersebut menganggap sex-specific abortion sebagai faktor utama penyebab semakin sedikitnya jumlah wanita dibandingkan dengan pria. Sex-specific abortion adalah aborsi yang dilakukan dengan berlandaskan pada pemilihan jenis kelamin. "Sex-specific abortion merupakan hal yang sangat umum terutama di daerah-daerah pedalaman, di mana kebudayaan untuk memilih anak laki-laki lebih kuat dibandingkan memilih anak perempuan," ungkap hasil penelitian.
Menurut para peneliti, faktor aborsi untuk kehamilan anak perempuan dianggap sebagai salah satu alasan utama. Namun ketidakseimbangan jender ini masih memiliki alasan yang lebih kompleks. Menurut laporan media Global Times, sex-specific abortion ini merupakan hal yang benar adanya dan sangat lumrah dilakukan di sejumlah wilayah pedalaman. Apalagi setelah diperkenalkannya ultra-sound scan pada tahun 1980-an, praktik aborsi seperti itu semakin meningkat.
Sementara itu, para peneliti lainnya sebagaimana dikutip dari koran Wang Yuesheng, mengatakan para pria di wilayah-wilayah miskin di China akan dengan terpaksa terlambat menikah dalam hidupnya atau tetap menjadi bujangan selama hidupnya, dan hal itu menyebabkan garis keturunan keluarga akan terputus.
"Kesempatan untuk menikah akan menjadi sangat jarang di perdesaan jika seorang pria sudah berusia lebih dari 40 tahun. Mereka akan lebih tergantung pada jaminan sosial sepanjang sisa hidupnya dan memiliki ketergantungan yang lebih sedikit terhadap sumber daya rumah tangga," ungkap Wang.
Penelitian itu mengatakan, faktor kunci yang berkontribusi terhadap fenomena ini termasuk kebijakan perencanaan keluarga nasional, di mana pemerintah membatasi jumlah anak yang dimiliki setiap keluarga yakni satu anak, sebagaimana sistem jaminan sosial yang berlaku. Situasi ini memengaruhi orang-orang untuk lebih memilih keturunan laki-laki, karena dianggap anak laki-laki saat dewasa nanti akan memberikan penghasilan yang lebih besar. Dengan demikian mereka akan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk merawat orang tua mereka.
Pihak berwenang menetapkan rasio pria:wanita dengan ketentuan antara 103-107 pria untuk setiap 100 wanita. Akan tetapi pada 2005, tahun terakhir di mana data tersedia, ada 119 anak laki-laki untuk setiap 100 anak perempuan. Laporan koran Mirror Evening menyatakan bahwa di beberapa daerah rasio pria:wanita sangat tinggi di mana 130 pria untuk setiap 100 wanita. Laporan itu juga mengatakan bahwa hasil penelitian ini sekaligus untuk mengimbau pemerintah untuk meregangkan kebijakan yang disebut kebijakan "satu anak" dan penelitian memungkinkan adanya pernikahan lintas negara.

sumber : pikiran-rakyat.com

0 komentar: